Selasa, 17 Mei 2011

laporan biologi laut

I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
            Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling besar, paling kompleks dan paling dinamis di dunia. Interaksi antara faktor fisik, kimia dan biologi yang terjadi di lautan berlangsung sangat cepat dan terus menerus sehingga amat menentukan kondisi ekosistem yang ada di lingkungan perairan tersebut. Organisme yang ada harus mampu beradaptasi, baik secara morfologis maupun fisiologis untuk dapat bertahan hidup. Selain menjadi habitat bagi organisme, laut juga menjadi sumber bahan pangan, media transportasi, sumber bahan tambang, sumber energi, sumber mineral dan obat-obatan yang sangat penting (Anonim, 2011).
Perikanan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolahan dan pemanfaatannya sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengelolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Wikipedia, 2011).
Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingn penyediaan makanan bagi manusia. Selain dari itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, pemancingan ikan yang berkaitan dengan rekreasi, dan mungkin juga menangkap ikan untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan. (Wikipedia, 2011).
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganismehidup(Romimontarto,2001).
              Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda (Anonim,2011).
B. Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktik lapang biologi laut ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam mengumpulkan data terutama dengan cara pengamatan dalam kegiatan pengelompokan organism air laut.
Kegunaan praktik lapang ini agar mahasiswa dapat mempelajari secara langsungj jenis-jenis organisme laut baik dari setiap phylum yang ada dan mengklasifikasikannya dengan cara mencari secara langsung organismenya.
 
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah dan garis permukaan laut (subtidal). Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
Menurut Prajitno (2007), pada beberapa kawasan yang jauh dari kegiatan manusia kita dapat menemukan begitu ramainya kehidupan pantai berpasir dari kegiatan “pencarian makanan” dan “bermain” di sela-sela hempasan riak gelombang oleh kepiting-kepiting kecil termasuk hermit crab, cacing-cacing pantai, kerang-kerangan kecil. Komunitas vegetasi pantai tropis didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Algae sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m.
Ikan-ikan intertidal : Menurut Nybakken (1988), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan tumbuhan dari zona intertidal dengan tiga tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan mengenai ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas baik sebagai grazer maupun predator.
Burung : Menurut Nybakken (1988), ketika pasang turun, berbagai burung biasanya berasosiasi dengan zona intertidal. Cukup mengherankan, pengaruh burung-burung ini terhadap komunitas invertebrata pada saat ini sangat sedikit diketahui, kecuali peranan pada hamparan dataran lumpur estuaria. Kebanyakan burung yang berasosiasi dengan daerah intertidal merupakan burung karnivora atau omnivora.
III. PROSEDUR KERJA
A.            Alat dan bahan
·         Alat
1.    Pelampung
2.    Masker snorkel
3.    Fins
4.    Sabak dan pensil
5.    Sendok semen dan penyaring pasir
6.    Kamera
7.    Kantong sampel
8.    Toples
·         Bahan
1.    Alkohol 70% (1 liter)
B.    Metode kerja
Praktik lapang biologi laut ini dilaksanakan pada tanggal 29 april 2011. Di Pulau Barrang Lompo, Makassar, Sulawesi Selatan. Praktikum ini menggunakan metode pengamatan langsung dan pengambilan organisme serta mengawetkannya. Praktikan melihat secara langsung organism-organisme apa saja yang terdapat di sekitar lamun. Kemudian amati 5 organisme berbeda yang ada. Apabila ada organism yang terdapat pada pasir, pasir tersebut diayak dengan menggunakan sendok semen dan ayakan agar dapat tersaring organism kecil yang terdapat di dalamnya. Jika menemukan organisme, secepatnya di masukkan ke dalam kantong sampel dan diisi air secukupnya. Setiba di daratan, organism yang ada di dalam kantong sampel segera dipindahkan ke dalam toples yang diisi dengan alcohol 70% untuk proses pengawetan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Bulu babi
Echinoidea umumnya memiliki tubuh berbentuk seperti bola, padat dan tertutup test endoskeletal atau cangkang yang terbuat dari lempeng sempurna tertutup. Memiliki cangkang yang keras berkapur, dan dipenuhi dengan duri-duri. Tetapi ada pula yang berbentuk agak pipih. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakan. Ada yang berduri panjang dan lancip, dan ada pula yang berduri pendek dan tumpul, contohnya yaitu: Arabia strongylocentrotus (berbentuk bola), Spatangus (berbentuk oval), Echinarachinus (berbentuk kepingan) (Storer and Usinger, 1957).
           Tubuh Echinoidea terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi Nasional, 1973 dalam Mushtofa, 2007). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Phylum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristotle”, yaitu semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis, 1987 dalam Mushtofa, 2007).
 Pada umumnya Echinoidea mempunyai organ viceral yang tersimpan dalam cangkok (test), yang tersusun menurut 10 jajaran lempengan kapur yang tersambung bersama membentuk bola. Pada cangkok terdapat tonjolan atau tuberculum sebagai tempat persendian duri-duri. Tiap-tiap duri merupakan bentuk kristal dari CaCO3 yang ujung pangkalnya agak melebar tempat sendi dengan dengan tuberculum. Pangkal duri terikat dengan otot, sehingga duri dapat digerakkan.
Salah satu jenis Echinoidea yang sangat umum dijumpai di terumbu karang di Indonesia adalah Diadema setosum, yang memiliki duri berwarna hitam seluruhnya, dan yang masih hidup memiliki cincin putih dan ungu yang menyolok di sekitar duburnya Selain Diadema setosum jenis Echinoidea yang sering dijumpai adalah Echinocardium cordatum yang biasa mengubur diri secara dangkal dalam pasir (Nontji, 1987).
Pada umumnya Echinoidea berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina merupakan individu-individu tersendiri (gonochorik/dioecious). Spesies gonochorik secara khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat hermaprodit. Munculnya hermaprodit pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari 550 individu (Sugiarto dan Supardi, 1995 dalam Mushtofa, 2007).
Pada sistem reproduksinya terdapat 5 atau 4 gonad yang menempel pada mesentaris ke bagian permukaan aboral. Dari masing-masing gonad terdapat saluran ke lubang genital. Telur-telur dan sperma dilepaskan ke dalam air laut, kemudian terjadi pembuahan, yang selanjutnya tumbuh menjadi larva plutea yang akan mengalami metamorfosis setelah 5 atau 6 minggu. Beberapa jenis Echinoidea mengerami atau merawat telurnya dalam bilik atau menempel sampai menetas menjadi larva. Bila bagian tubuh hewan ini, misalnya cangkok, duri, kaki, atau bagian lainnya rusak akan segera diperbaharui (Jasin, 1989).
Echinoidea termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, ukuran, dan pertumbuhan tergantung kepada jenis dan lokasi. Chen dan Run (1988) dalam Mushtofa (2007) melaporkan bahwa bulu babi jenis Tripeneustes gratilla yang dipelihara di laboratorium di Taiwan mengalami metamorfosis pada umur 30 hari.
Ukuran cangkang (test) Echinoidea dewasa biasanya berkisar antara 3-10 cm. Selain itu biasanya memiliki duri yang panjangnya berkisar antara 1-3 cm, tebal/lebar duri 1-2 mm, dan tidak terlalu tajam. Tetapi ukuran cangkang dan duri ini tergantung jenisnya. Contohnya Diadema antillarum, panjang durinya dapat mencapai 10-20 cm dan durinya berbahaya (Hyman, 1955).
Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) di perairan Pulau Barang Lompo, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, diperoleh ukuran Echinoidea terbesar memiliki kisaran tinggi cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, berat total 148-331 g. Sedangkan ukuran Echinoidea terkecil dengan ukuran tinggi cangkang 27,2-36,4 mm, diameter cangkang 47,4-66,0 mm, dan berat total 41,4-110,9 g (Mushtofa, 2007).
Selain itu, pada penelitian Darsono dan Toso (1987) di perairan terumbu karang gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengamat mengumpulkan 300 ekor Echinoidea, yang memiliki panjang diameter berkisar dari 47,30-94,00 mm dengan rata-ratanya (64,50±7,90) mm. Berat berkisar dari 55,40-325,00 gr dengan rata-rata (134,20±43,00) gr (Mushtofa, 2007)
Echinoidea memakan hewan-hewan laut yang telah mati, organisme kecil seperti ikan-ikan kecil, molusca, plankton, lamun, alga, partikel organik dan juga mencerna lumpur atau pasir yang mengandung bahan-bahan organik (Nontji, 1987). Oleh karena itu dapat terlihat bahwa Echinoidea (serta hewan-hewan Echinodermata lainnya) memiliki peranan membersihkan laut dari sampah atau bangkai, sehingga keseimbangan ekosistem laut akan terjaga dan terpelihara (Jasin, 1989).
Habitat Echinoidea pada daerah pantai atau dasar laut pada kedalaman sampai 5000 m atau di bawah garis batas surut terrendah. Distribusinya sangat luas, terutama pada zona intertidal. Beberapa jenis Echinoidea hidup dalam sumur-sumuran di daerah pantai atau di bawah rumput laut, ada juga yang membenamkan diri dalam tanah liat di muara sungai atau di bawah karang-karang yang lunak (Storer and Usinger, 1957).
Echinoidea hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Echinoidea ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰ (Hasan, 2002 dalam Mushtofa, 2007). Hyman (1955) dalam Mushtofa (2007) menjelaskan bahwa Echinoidea termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan batas kedalaman antara 0-8000 m. Karena Echinoidea memiliki kemampuan beradaptasi dengan air payau lebih rendah dibandingkan invertebrata lain. Kebanyakan Echinoidea beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak.


B.    Bintang laut
Bintang laut  (echinodermata) termasuk kedalam kelas Asteroidea.  Nama "bintang laut" pada dasarnya merujuk kepada anggota kelas Asteroidea. Ada 2.000 spesies hidup bintang laut yang terdapat di semua lautan di dunia, termasuk Atlantik, Pasifik, India serta di Kutub Utara dan Samudra Selatan (yaitu, Antartika). Bintang laut terdapat di berbagai kedalaman yang luas dari daerah pasang surut hingga abyssal kedalaman (> 6000 m).
Bintang laut adalah yang paling akrab hewan laut dan memiliki sejumlah sifat yang dikenal luas, seperti regenerasi dan makan di kerang. Bintang laut memiliki keanekaragaman bentuk tubuh dan cara makan. Sejauh yang Asteroidea dapat regenerasi bervariasi dengan spesies individu. Secara umum, bintang laut yang pengumpan oportunistik, dengan beberapa spesies memiliki perilaku makan khusus, termasuk makan suspensi dan pemangsaan khusus pada mangsa tertentu.
The Asteroidea menduduki beberapa peran penting di seluruh ekologi dan biologi. Bintang laut, seperti bintang laut Ochre (ochraceus Pisaster) telah dikenal luas sebagai contoh dari spesies keystone konsep dalam ekologi. Tubuh bintang laut yang terdiri dari komponen kalsium karbonat, yang dikenal sebagai ossicles. Ini membentuk endoskeleton , yang mengambil berbagai bentuk yang dinyatakan sebagai eksternal berbagai struktur, seperti duri dan butiran. Arsitektur dan bentuk individu / bentuk lempeng-lempeng ini yang sering terjadi dalam pola tertentu atau seri, serta lokasi mereka adalah sumber data morfologi yang digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok yang berbeda dalam Asteroidea. Terminologi merujuk ke lokasi tubuh bintang laut biasanya berbasis di referensi ke mulut untuk menghindari asumsi salah homologi dengan permukaan punggung dan perut pada hewan bilateral lainnya. Permukaan bawah sering disebut sebagai permukaan oral atau actinal sedangkan permukaan atas disebut sebagai sisi aboral atau abactinal.
Permukaan tubuh bintang laut sering memiliki beberapa struktur yang membentuk dasar anatomi hewan dan kadang-kadang dapat membantu dalam identifikasinya.The madreporite dapat dengan mudah diidentifikasi sebagai lingkaran cahaya berwarna, yang terletak sedikit di tengah pada disk pusat. Ini adalah plat berpori yang dihubungkan melalui saluran kalsifikasi ke sistem vaskular air hewan di disk. Fungsinya adalah, setidaknya sebagian, untuk menyediakan air tambahan untuk kebutuhan hewan, termasuk air mengisi kembali ke sistem vaskular air.
Beberapa kelompok asteroid, termasuk Valvatacea tetapi terutama Forcipulatacea memiliki perangkap beruang kecil atau struktur katup-seperti yang dikenal sebagai pedicellariae. Ini dapat terjadi secara luas di atas permukaan tubuh. Dalam forcipulate asteroid, seperti Asterias atau Pisaster, pedicellariae terjadi di pom-pom seperti jumbai di dasar tulang belakang masing-masing, sedangkan di goniasterids, seperti Hippasteria, pedicellariae tersebar di permukaan tubuh. Meskipun berbagai fungsi untuk struktur-struktur ini tidak diketahui, ada pula yang berpikir untuk bertindak sebagai pertahanan di mana orang lain telah diamati untuk membantu makan. The Labidiaster annulatusAntartika menggunakan yang besar, pedicellariae untuk menangkap mangsa krill aktif. Pasifik Utara Stylasterias telah diamati untuk menangkap ikan kecil dengan pedicellariae nya.
Jenis lain struktur bervariasi oleh takson. Sebagai contoh, Porcellanasteridae menggunakan tambahan organ berkisi yang terjadi antara seri lateral pelat mereka, yang diperkirakan untuk menghasilkan lancar dalam liang yang dibuat oleh bintang laut infaunal.
Mulut bintang laut terletak di bagian bawah tubuh, dan membuka melalui pendek kerongkongan ke pertama sebuah jantung perut , dan kemudian, sebuah pilorus, perut kedua. Setiap lengan juga berisi dua pyloric caeca , tabung hampa panjang bercabang keluar dari perut pilorus. Setiap usus buntu pyloric dibatasi oleh serangkaian kelenjar pencernaan, yang mengeluarkan pencernaan enzim dan menyerap nutrisi dari makanan. Sebuah singkat usus berjalan dari permukaan atas perut pilorus untuk membuka pada anus di tengah tubuh bagian atas. 
Banyak bintang laut, seperti Astropecten dan Luidia menelan seluruh mangsanya, dan mulai untuk mencerna dalam perut sebelum melewati ke dalam caeca pilorus.  Namun, dalam banyak spesies besar, perut jantung bisa membalik keluar dari tubuh organisme untuk menelan dan mencerna makanan.Dalam spesies, perut jantung mengambil mangsa kemudian meneruskannya ke perut pilorus, yang selalu tetap internal. 
C.   Mollusca
Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang paling banyak diketahui berasosiasi dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang paling banyak dieksploitasi. Sejumlah studi tentang moluska di daerah subtropik telah menunjukkan bahwa moluska merupakan komponen yang paling penting bagi ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa dan perannya pada aliran energi pada sistem lamun (Watson et al. 1984).
Telah didemonstrasikan bahwa 20% sampai 60% biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh komunitas epifauna yang didominasi oleh gastropoda (Klumpp et al. 1992). Bagaimanapun, peranan mereka pada ekosistem almun di Indonesia relative belum diketahui. Moluska utama pada padang lamun subtropis adalah detrivor dengan sangat sedikit yang langsung memakan lamun (Kikuchi 1980). Gastropoda cenderung memakan perifiton (Klumpp et al. 1989).
Mudjiono et al. (1992) mencatat 15 spesies moluska (11 gastropoda dan 4 bivalvia) dari padang lamun di Teluk Banten, Barat Daya Laut Jawa. Fauna moluska yang terdapat dalam jumlah sedikit dikumpulkan dari lima lokasi asosiasi yang berbeda, berkisar dari asosiasi Enhalus acoroides monospesifik sampai asosiasi yang terdiri dari tiga spesies, yaitu E. acoroides, Cymodocea serrulata dan Syringodium isoetifolium, sebagaimana asosiasi tujuh spesies yang terdiri dari Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C. rotundata, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis. Jumlah keseluruhan, tujuh famili gastropoda (Trochidae, Cerithiidae, Strombidae, Muricidae, Columbellidae, Nassariidae dan Fasciolariidae) serta tiga famili bivalvia (Arcidae, Veneridae dan Mactridae) ditemukan pada asosiasi tersebut. Tidak ada arti ekologis yang dapat dipelajari dari catatan kelimpahan, karena seluruh teluk mengalami overeksploitasi, dan tiga lokasi pengamatan berada dalam jarak dekat pada desa yang besar di Pulau Panjang. Hanya dua spesies gastropoda yang umum ditemukan pada semua lokasi, yaitu Pyrene versicolor dan Cerithium tenellum.
D.   Bintang mengular
Bintang mengular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari tangannya panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung (kaki ambulakral) tidak memiliki alat isap dan bintang mengular bergerak dengan mencambukkan lengannya. Beberapa spesies ophiuroidea merupakan hewan pemakan suspensi, dan yang lain adalah predator atau pemakan bangkai.


E.    Tiram
Tiram adalah sejenis haiwan bercangkerang (kerang-kerangan) dengan kulit yang agak datar. Dagingnya rendah kalori dan mengandung kalsium dan vitamin A. Tiram paling dikenali dengan penghasilan mutiara secara semulajadi.
Nama umum tiram digunakan bagi sejumlah kumpulan mollusk dwicangkerang berlainan, kebanyakannya tinggal di habitat laut atau air payau. Cangkerangnya terdiri dari dua kerangka berkalsium yang mengelilingi tubuh lembut. Ingsang menapis plankton daipada air, dan otot adukor digunakan bagi mengekalkan kerangka tertutup. setengah tiram amat dihargai sebagai makanan, mentah dan dimasak. Sesetengah jenis lain, seperti tiram mutiara, tidak dimakan secara meluas. Tiram yang dimakan tidak mampu menghasilkan mutiara berkualiti tinggi, sungguhpun salah faham pendapat sering dijumpai, sering kelihatan dalam gambaran atau gambar di mana tiram yang boleh dimakan sering kali dipasangkan dengan mutiara berkualiti tinggi.
"Tiram sebenar" merupakan ahli dalam keluarga Ostreidae. Keluarga ini terdiri dari tiram boleh dimakan, yang kebanyakannya tergolong dalam genera Ostrea, Crassostrea, Ostreola atau Saccostrea. Contoh Tiram Boleh Dimakan adalah, Ostrea edulis, tiram Barat Crassostrea virginica, Tiram Olympia Ostreola conchaphila, Tiram Pasifik Crassostrea gigas, Tiram batu Sydney Saccostrea glomerata, dan the Tiram Wellfleet (variati dari C. virginica).
Tiram merupakan pemakan penapis: ia menarik air melalui ingsangnya dengan denyutan cilia. Plankton makanan terapung dan partikle terperangkap dalam mukus ingsang, dan dari situ dipindahkan ke mulut, di mana ia dimakan, dihadam dan disingkir sebagai najis atau najis palsu (pseudofeces). Aktiviti permakanan adalah tertinggi bagi tiram apabila suhu air melebihi 50°F (10°C). Tiram sihat memakan algea dan zat bawaan air yang lain, setiap satu menapis sehingga lima liter air sejam. Ahli sains percara bahawa tiram yang pernah membiak dengan banyaknya dalam Teluk Chesapeake dalam sejarah menapis keseluruhan isipadu air muara dari khasiat lebihan setiap tiga atau empat hari. Hari ini proses yang sama akan mengambil masa hampir setahun,[1] dan mendakan, khasiat (nutrient), dan algae mampu menimbulkan masaalah dalam air tempatan. Tiran menapis pencemaran ini, dan samaada memakannya atau membentuknya kepada pakej kecil yang kemudiannya diletakkan di dasar di mana ia tidak merbahaya.
Tiram bernafas sama seperti ikan, menggunakan kedua-dua ingsang dan jubah. Jubah ini diselitupi dengan salur darah berdinding halus yang kecil yang menarik oksigen dari air dan menyingkir karbon dioksida. Jantung yang kecil, berkamar tiga, terletak di bawah otot abduktor, mengepam darah jernih, dengan bekalan oksigennya, keseluruhan bahagian badan. Pada masa yang sama, dua ginjal terletak dibahagian bawah otot menyucikan darah dari sebarang barangan kumuhan yang terkumpul dalamnya.